Selasa, 02 September 2008

KAKEK TUA DAN KOLEKSI DAGANGNYA

Oleh: Endang M. Tabalubun

Pada pagi hari yang cerah kurang lebih pukul 09.00. Di Pasar Bringharjo sudah terlihat rame oleh penjual dan pembeli ada yang baru membuka warung, ada pula yang sudah memulai melayani pembeli. Hari semakin siang, pasar pun semakin padat pengunjungnya. Di setiap sudut pasar tradisional dipenuhi oleh pembeli dan penjual dengan berbagai kebutuhannya apalagi di waktu liburan seperti saat ini. Sampai-sampai keluar masuk pasarpun butuh perjuangan karena harus berdesakan di antara lorong-lorong yang ada di Pasar Bringharjo. Di antara lorong-lorong di pasar yang pengunjungnya rata-rata 1000 orang/hari. Ada satu lorong yang terlihat sepi dibandingkan lorong-lorong lainnya. Terlihat seorang kakek tua dengan sabar sedang duduk menunggu ada yang mau datang untuk mengambil dagangannya. Kakek tua yang berumur 61 tahun itu bernama pak Purnomo. Ia adalah satu-satunya penjual barang-barang kuno yang berjualan di Pasar Bringharjo. Pada pukul 09.00 pagi, lelaki tua yang beragama Kristen Katolik itu mulai berdagang dan tutup pada jam 3 sore.

“Pada zaman sekarang ini jualan seperti saya ini kurang diminati, sehingga tidak heran kalau seharian penuh tidak ada pembelinya”, kata si kakek yang sedang menunggu kelahiran cucu ke-2nya. Kakek tua yang telah 40 tahun menekuni pekerjaan sebagai penjual barang-barang kuno ini tidak pernah berpikir untuk mengganti barang jualannya seperti pedagang-pedagang kebanyakan, karena menjual barang antik adalah selain merupakan hobi untuk mengoleksi barang-barang kuno, berdagang barang antik adalah warisan oleh nenek buyut/ nenek moyangnya.

HOTONG / HOTONG

Oleh: Endang M. Tabalubun

Hotong adalah makanan pokok sebuah desa di Kabupaten Maluku Tenggara yaitu Tanimbar Kei. Hotong atau yang biasanya disebut Botan oleh masyarakat setempat ini merupakan makanan yang dianggap sakral oleh masyarakat tersebut. Tumbuhan ini dipercaya sebagai warisan nenek moyang mereka yang harus dipertahankan. Tumbuhan yang rasanya manis dan beraroma sedap ini memiliki ciri-ciri yang sama dengan padi, cuma bedanya terletak pada bijinya yang dimana biji daripada Hotong berbentuk butiran kecil. Tumbuhan yang tumbuh di daerah berbatu ini memiliki protein yang sangat tinggi sehingga baik untuk dimakan. Hotong dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti kue, bubur dan bahan makanan pengganti nasi. Tumbuhan yang ditanam setahun sekali pada bulan Agustus ini dalam penanganannya harus melalui ritual-ritual adat tertentu.

By: Endang M Tabalubun

Hotong is a main food from Tanimbar Kei, North Maluku. Hotong or usually called Botan by local citizen is a sacred food for them. This plant is believed as an inheritance that has to be reserved. This sweet and tasty plant has a similar characteristic as rice, but its seed is smaller than rice. This plant which grows in stony area contains high protein, so it’s good to be eaten. It can be process and turn to food like cakes, porridges and other food subtitutes to rice. This plant is only grown once a year on August and also has a certain ritual while planting it.

Rabu, 23 Juli 2008

Perjuangan Kami


Bergabung dengan masyarakat adat lainnya, masyarakat adat Tanimbar Kei mengikuti workshop Capacity Building Komunitas-komunitas Adat di Villa Taman Eden Kaliurang - Yogyakarta.